Apakah Jin Mengetahui Perkara Ghaib? (Bantahan Atas Khurafat di Masyarakat)

cover-buku-1.jpg

Kajian Akidah

Pertanyaan
“Banyak manusia di zaman ini yang mencari berita ghaib kepada jin?Apakah jin mengetahui berita-berita ghaib?”

Jawaban
Kata ghayb, secara bahasa (etimologis) berasal dari bahasa Arab; ghaba-yaghibu-ghayban, artinya lawan dari tampak dan hadir .

Gaib berarti segala sesuatu yang tidak terlihat oleh mata, meskipun eksistensinya dapat dirasakan oleh hati.

Adapun secara istilah (terminologis), Imam Ibnu Katsir menjelaskan: “Yang tidak tampak oleh kita tetapi diceritakan Allâh kepada kita atau Rasûlullâh.”

Jelaslah bagi kita bahwa alam ghaib bukanlah alam zhahir yang bisa kita indera dengan panca indera kita. Dan apa-apa yang tak terjangkau oleh penginderaan (ghayb), maka ia tak terjangkau oleh ‘aql, sebagaimana ditegaskan Al-‘Allamah Al-Imam Taqiyuddin An-Nabhani dalam salah satu pernyataannya:

ما لا يدركه الحسّ لا يدركه العقل

Di sisi lain, mengimani hal-hal ghayb yang dikabarkan Allâh & Rasul-Nya, merupakan bagian dari keimanan orang-orang beriman:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

“(yaitu) Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 3)

Ayat ini menjelaskan ayat sebelumnya yaitu:

ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.” (TQS. Al-Baqarah [2]: 2)

Al-‘Allamah al-Imam Taqiyuddin al-Nabhani menjelaskan:

“Iman kepada Allâh akan menjadi dasar kuat bagi kita untuk beriman terhadap perkara-perkara ghaib dan segala hal yang dikabarkan Allâh . Jika kita telah beriman kepada Allâh yang memiliki sifat-sifat ketuhanan, maka wajib pula bagi kita untuk beriman terhadap apa saja yang dikabarkan oleh-Nya. Baik hal itu dapat dijangkau oleh akal maupun tidak, karena semuanya dikabarkan oleh Allâh . Dari sini kita wajib beriman kepada Hari Kebangkitan dan Pengumpulan di Padang Mahsyar, Surga dan Neraka, hisab dan siksa. Juga beriman terhadap adanya malaikat, jin, dan syaithân, serta apa saja yang telah diterangkan Al-Qur’ân dan hadîts yang qath’i (mutawattir).”

Alam gaib sangat luas cakupannya. Namun, sungguh disayangkan ada saja umat Islam yang salah kaprah dalam memahami alam gaib. Sehingga mengidentikkan alam gaib hanya dengan alam jin. Artinya, apabila di antara mereka ada yang mengklaim melihat jin, dianggap mengetahui alam gaib.

Padahal klaim kemampuan mengetahui alam gaib, merupakan kebatilan. Karena Allâh sudah menegaskan:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allâh”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (TQS. An-Naml [27]: 65)

Dalam ayat lain Allâh pun menegaskan:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ

“Dan pada sisi Allâh-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia…..” (TQS. Al-An’âm [6]: 59)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا

“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. (TQS. Al-Jin [72]: 26)

Namun terkadang Allâh menampakkan sebagian hal yang gaib, khusus kepada sebagian hamba-hamba-Nya dari kalangan rasul dan nabi, yang menunjukkan mukjizat bagi mereka.

إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا

“Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.” (TQS. Al-Jin [72]: 27)

Rasûlullâh , imam para Rasul dan manusia termulia sekalipun tidak memiliki kemampuan melihat hal yang gaib dengan panca inderanya, kecuali apa-apa yang diwahyukan Allâh kepadanya:

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allâh. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (TQS. Al-A’râf [7]: 188)

Dan pada saat-saat tertentu ketika Rasûlullâh mendapatkan wahyu atau ketika beliau menjalani Isrâ’ wa al-Mi’raj yang terjadi bi idznillaah wa bifadhlihi. Terlebih tidak makhluk seperti jin yang jadi rujukan para dukun, mereka tak mengetahui perkara gaib.

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

“Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan.” (TQS. Saba’ [34]: 14)

Imam Ibnu Hajar Al-Haitsami mengkafirkan orang yang mengklaim mampu mengetahui hal-hal gaib (artinya memiliki kunci-kunci dunia gaib, padahal itu otoritas Allâh -pen.).

Imam al-Qurthubi berkata: “Para ulama mengatakan bahwa Allâh menyandarkan (baca: mengkhususkan) ilmu gaib hanya untuk diri-Nya. Tidak ada satu pun ayat di dalam Al-Qur’ân yang memberikan otoritas tersebut kepada selain-Nya, kecuali (Allâh tunjukkan) kepada orang-orang pilihan di antara hamba-Nya.”

Artinya, hanya Allâh yang memegang kunci-kunci ghaib. Namun, Allâh tunjukkan sebagian informasi ghaib kepada sebagian hamba-hamba pilihan-Nya.

Al-‘Alim Hatim al-Syurbatiy menuturkan dalam kitabnya:

ممكن أن تكون علومهم ومعلوماتهم فيما حصل من أعمال غزيرة، إلا أن من الكذب الادعاء بمعرفتهم علوم الغيب فلا يعلم الغيب إلا الله تعالى، لذا فمن الخطورة الشديدة الاستعانة بهم لمعرفة علوم الغيب واستلهام البشائر، ويحرم شرعا القيام بذلك

“Mungkin ilmu dan pengetahuan mereka telah mencapai banyak hal, akan tetapi merupakan suatu kedustaan pengakuan bahwa mereka mengetahui ilmu-ilmu ghaib, karena tak ada yang mengetahui hal ghaib selain Allah Ta’aalaa. Oleh karena itu, di antara hal yang sangat berbahaya dengan meminta bantuan jin adalah upaya untuk mengetahui hal-hal ghaib dan meminta penerawangan tentang manusia. Maka Islam mengharamkannya secara syar’i perbuatan tersebut.”

Lantas, bagaimana dengan klaim para dukun atau ‘ahli spiritual’ yang mengaku mampu menerawang dunia gaib dan mampu menjadi penghubung dengan para arwah? Jawabannya sudah jelas! Klaim mereka sesat menyesatkan! Dan orang-orang semacam ini bebas berpraktik menyesatkan umat di bawah naungan kehidupan demokrasi batil.

2 comments on “Apakah Jin Mengetahui Perkara Ghaib? (Bantahan Atas Khurafat di Masyarakat)

  1. luqman berkata:

    assalamu’alaikum .,
    kesimpulanx gmna ?
    apakah orng yg dapat mlhat jin itu trmasuk sesat ?

    Suka

  2. […] Apakah Jin Mengetahui Perkara Ghaib? (Koreksi Atas Khurafat yang Tersebar di Masyarakat Awam) […]

    Suka

Tinggalkan komentar