Surat Terbuka Bagi Mereka yang Lupa…

1011440_1389440537978880_1123393068_n

الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه أجمعين وبعد

Saya menyayangkan mereka yang lebih mempercayai media-media fans dumay (dimana dumay bias untuk dijadikan sandaran utama) daripada kepada para ulama du’aat yang banyak menghabiskan waktunya untuk berdakwah di jalan Allah dan teruji pengorbanannya (hingga di antaranya pernah lama merasakan dinginnya penjara thaghut, dan di antaranya syaahid in syaa Allah di tangan para thaghut zhalim); dimana para du’aat ini pun berada di medan dakwah Irak dan Suriah dan bisa dipercaya memahami benar fakta (waaqi’) dan siyaasah syar’iyyah… 

Di sisi lain seakan menutup mata pada apa yang telah terjadi di Suriah dan seakan lupa bahwa siapa yang memahamkannya pada kewajiban menegakkan syari’ah kaaffah dalam naungan al-Khilaafah ketika dibina oleh para musyrif yang sabar… Dan mengajarkan mereka bagaimana metode Rasulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam- untuk menegakkan khilaafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah… Pantaskah ada celaan pada aktivitas dakwah ini dan para pengembannya dengan sebutan-sebutan jahiliyyah di antaranya menyematkan “para pendengki” kepada para pengemban dakwah yang tak sejalan dengannya?! Jangan jadikan prasangka dan kejahilan sebagai senjata “senjata makan tuan”…

Yaa ikhwah…

Saya kira kita semua sepakat… Khilafah yang tegak di atas manhaj kenabian tidak bisa ditegakkan dengan euphoria sesaat, semangat tanpa didasari pemahaman yang kuat, tanpa kesungguhan dan pengorbanan, tanpa kesabaran dan ketekunan… Allah al-Musta’aan…

Kecintaan dan kerinduan kita semua kepada penegakkan syari’at Islam kaaffah, tegaknya al-Khilaafah ‘alaa minhaaj an-nubuwwah menuntut kita mendudukkannya pada tempatnya, menjaganya dari segala stigmatisasi negatif, dari berbagai klaim yang tidak memenuhi tuntutan syari’at atasnya…

Yaa ikhwah…

Tak setiap penolakan bisa dianggap berasal dari kebencian, kedengkian, fanatisme buta golongan.

Coba bayangkan jika anda kehilangan seorang ibu dan anda tahu betul fakta dan karakteristik ibu meski sudah lama tak bertemu.. Ketika ada yang mengaku sebagai ibu anda, apakah anda akan langsung menerimanya begitu saja tanpa membandingkannya dengan karakteristik yang selama ini anda kenal? Itu karena anda cinta pada ibu anda sehingga anda akan berhati-hati atas pengakuan seseorang, dan terus mengupayakan mencari keberadaan sang ibu.

Jelas sekali bahwa dakwah merupakan jalan yang mulia, orang-orang yang istiqamah di jalannya adalah orang-orang terpilih yang akan meraih predikat agung (أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ) dalam QS. Ali Imraan 104, dimana Allah mensifati mereka yang berdakwah kepada al-khayr, menyuruh kepada yang ma’ruuf dan melarang dari yang mungkar dalam bentuk qashr shifah ‘alaa al-mawshuuf (قصر صفة على الموصوف) dengan kalimat (أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ), yakni mensifati mereka yang diseru dalam ayat ini dengan sifat yang ringkas, padat namun bermakna mendalam.

Dalam kalimat ini, seakan dihilangkan sifat yang disebutkan sebelumnya setelah kata (أُولَٰئِكَ) yakni diringkas dalam kata (الْمُفْلِحُونَ). Lalu apa makna frase (وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ) dalam ayat ini? Imam az-Zamakhsyari menjelaskan:

هم الأخصاء بالفلاح دون غيرهم

“Mereka adalah golongan yang dikhususkan menyandang predikat beruntung, tidak selainnya.”

Dr. Muhammad asy-Sya’rawi menjelaskan: “Bahwasanya kata (المفلحون) adalah sebuah kata yang mengandung petunjuk, dan kata al-muflih (kata tunggal dari al-muflihûn-pen.) yakni orang yang mengambil transaksi perniagaan yang menguntungkan (هو الذي أخذ الصفقة الرابحة). Karena kata ini diambil dari ungkapan (فلح الأرض) yakni seseorang telah menggarap tanahnya, maka orang yang menggarap tanahnya, menanaminya, kemudian memanennya akan meraih hasil yang datang pada akhir tiba masa panennya, dan sungguh telah datang kebenaran ini dengan permasalahan maknawi dari perkara yang terindera.”

Ketika menjelaskan kata (فلح), Imam ar-Raghib al-Ashfahani menjelaskan:

الفلاح: الظفر وإدراك بغية، وذلك ضربان: دنيوي وأخروي؛ فالدنيوي: الظفر بالسعادات التي تطيب بها حياة الدنيا، وهو البقاء والغنى والعز

“Al-Falaah: kemenangan dan meraih tujuan, hal itu dibagi menjadi dua sisi: duniawi dan ukhrawi; keberuntungan duniawi yakni kesuksesan meraih berbagai kebahagiaan yang menghiasi kehidupan dunia, panjangnya usia, kecukupan dan kemuliaan.”

Inilah yang dimaksudkan oleh syair berikut:

أَفْلِحْ بِمَا شِئْتَ فقد يُدْرَكُ بالضرُّ
ضَعْفٌ وقد يُخَدَعُ الأرِيبُ

Adapun keberuntungan di akhirat:

وفلاح أخروي، وذلك أربعة أشياء: بقاء بلا فناء، وغنى بلا فقر، وعز بلا ذل، وعلم بلا جهل.

“Dan keberuntungan ukhrawi, mencakup empat hal: keabadian tanpa dibatasi kefanaan, kecukupan tanpa ada kefakiran, kemuliaan tanpa ada kehinaan, kecerdasan tanpa ada kejahilan.”

Oleh karena itulah dinyatakan:

لاَ عَيْشَ إِلاَّ عَيْش الآخِرَةِ

“Tiada kehidupan kecuali kehidupan akhirat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Bukankah aktivitas dakwah ini memuliakan mereka yang mengembannya di dunia dan akhirat –in syaa Allah-? Dari kehidupan yang hina sebelumnya lalu meraih kemuliaan hidup dengan berdakwah, menyampaikan hidayah kepada umat manusia. Apakah mungkin seorang mukmin tak tergiur dengan janji Allah yang agung ini??

Semoga Allah meneguhkan kedudukan mereka yang berdiri di atas jalan petunjuk, thariiqah dakwah Rasuulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam-… Dan senantiasa menunjuki mereka dan menjadikan kita termasuk di antara mereka yang tertunjuki dan istiqamah di atas kebenaran dan meluruskan mereka yang salah jalan… Semoga Allah membongkar makar kaum kafir dan munafikiin… Allah al-Musta’aan.. []

Admin web tsaqafah irfanabunaveed.com

Tinggalkan komentar