Da’i yang Menyeru Kepada Petunjuk atau Kesesatan?

581175_572845059418080_1319523728_n

الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Daa’i seperti apakah anda? Imam Ibn Manzhur (w. 711 H) ketika mendefinisikan kata daa’i menyatakan:

الدعاة: قوم يدعون إلى بيعة هُدى أو ضلالة، واحدهم داع. ورجل داعية إذا كان يدعو الناس إلى بدعة أو دين، أُدخلت الهاءَ فيه للمبالغة. والنبي -صلى الله عليه وسلم- داعي الله تعالى، وكذلك المؤذن

“Du’aat adalah kaum yang menyeru kepada petunjuk atau kesesatan, tunggalnya adalah daa’i. Dan seorang disebut daa’iyyah jika ia menyeru manusia kepada bid’ah atau din, dan ditambahkan kata haa’ sebagai penegasan. Dan Nabi –shallallaahu ‘alayhi wa sallam- adalah da’i Allah, begitu pula orang yang berazan.” (Lihat: Imam Ibn Manzhur. Lisaan al-‘Arab. Juz. IV, Hlm. 361; Lihat pula al-Mu’jam al-Wasiith, Hlm. 287)

Rasulullaah -shallallaahu ‘alayhi wa sallam- adalah teladan bagi para da’i ilaa Allah:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 21)

Ayat yang agung ini diawali dengan penegasan-penegasan, dimana dalam ilmu balaaghah penegasan-penegasan ini menafikan segala bentuk keraguan dan penolakan. Keteladanan beliau pun mencakup metode dakwah dan keteguhan dalam berdakwah tanpa kenal lelah. Semoga kita termasuk orang yang menempuh jalannya dan berupaya meneladani keteguhannya…

Daa’i ilaa Allah sudah semestinya mendakwahi umat agar menjadikan Islam sebagai solusi kehidupan, mengungkapkan keburukan sistem dan ideologi rusak produk hawa nafsu manusia (saat ini; demokrasi, sekularisme, kapitalisme, komunisme, -), mengadopsi permasalahan umat dan menjelaskan hukum syara’ atasnya, memahamkan umat akan kesesatan ajaran SEPILIS dan yang semisalnya, dikatakan sebagaimana dituturkan sya’ir:

عرفت الشرّ لا للشرّ لكن لتوقيّه
ومن لا يعرف الشرّ من النّاس يقع فيه

“Aku mengetahui keburukan bukan tuk melakukan keburukan, melainkan memproteksi diri darinya”
“Dan barangsiapa tak mengetahui keburukan, maka ia akan terjerumus ke dalamnya”

Dan dikatakan kepada Umar bin al-Khaththab –radhiyallaahu ’anhu- bahwa seseorang tidak mengetahui sesuatu yang buruk, lalu Umar berkata:

أحذر أن يقع فيه

“Peringatkan ia agar tidak terjerumus pada keburukan.” (Lihat: Prof. Dr. Muhammad Ali ash-Shabuni. Rawâ’i al-Bayân (Tafsîr Aayât al-Ahkâm). Juz. I/ Hlm. 76).

Allah al-Musta’aan.

Al-Faqiir ilaa Allah Irfan Abu Naveed

Penulis Buku Jin dan Dukun Hitam Putih Indonesia

Referensi:

:: Ibn Manzhur. 1419 H. Lisaan al-‘Arab. Beirut: Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabiy.

:: Prof. Dr. Muhammad Ali ash-Shabuni. 1400 H. Rawâ’i al-Bayân (Tafsîr Aayât al-Ahkâm). Damaskus: Maktabah al-Ghazali. Cet. III.

:: Al-Mu’jam al-Wasiith. Cet. IV. Mesir: Maktabah asy-Syuruq ad-Dawliyyah.

Tinggalkan komentar